carter yang merupakan seorang mantan pemain basket handal dari sebuah SMU di sebuah kota di Amerika, mampu membuktikan bahwa bermain basket bukan hanya berpikir bagaimana bermain baik dan mendapatkan poin serta memenangkan pertandingan, tapi basket dapat mengajarkan arti kesungguhan dan kedisiplinan. hal itu dapat dilihat dengan cara ia mendapatkan beasiswa pendidikan secara penuh dari universitasnya berkat permainan basket.
film ini mengajarkan banyak hal, antara lain saat carter memulai kegiatan melatih para pemain basket ini dengan sebuah kepercayaan. sederhana sekali ia hanya meminta agar antara pemain dan pelatih memanggil kata pak, atau dalam bahasa inggris dikatakan "sir". dengan hal ini satu sama lain dapat menimbulkan sebuah respek dan penghormatan.
selanjutnya ia tak segan tuk mengeluarkan pemain satu atau dua jika mereka dinilai tidak patuh dan percaya penuh terhadap dirinya sebagai pelatih. ini menunjukan sebuah konsistensi seorang pelatih dalam menanamkan sebuah nilai. ia mesti berani mengambil resiko, dan meyakini bahwa setiap langkah dan keputusan yang diambil adalah benar.
dalam sesi latihan perdana, ia lebih mengandalkan fisik para pemain untuk terus berlari dan bergerak, ia katakan bahwa tidak ada 1 detik pun tanpa pergerakan. hal ini tentunya menjadi sebuah kekuatan tambahan dalam diri para pemain mana kala dalam sebuah pertandingan, dimana poin mereka sama persis dengan tim lawan yang sudah kelelahan, sedangkan waktu terbatas. maka dengan kekuatan fisik mereka berusaha untuk menguasai permainan, hingga permainan pun berakhir dengan kemenangan tim carter.
dinamika latihan basket tidak berhenti disitu, carter yang tegas namun cerdas dalam melihat potensi para pemain basketnya selalu tak segan untuk memberikan sangsi latihan fisik berupa kelipatan 500 push up. hal itu terlihat saat para pemainnya mengolok-olok tim lawan saat mereka berhasil lebih unggul dalam poin. carter tak suka dengan hal sepele itu, karena pemain tangguh semestinya bisa mengalahkan permainan dengan sebuah kehormatan. sehingga menang atau kalah dengan kebanggaan.
carter pun tak berhenti hanya melatih fisik para pemain basket saja. namun ia sangat memperhatikan sisi kecerdasan dan mentalitas para pemain. ia geram sekali saat para pemain yang dia bawa menang dari pertandingan, namun berakhir dengan poya-poya dan pesta. ia memarahi dan memberikan sangsi latihan fisik 500 push up. demikian pula dengan perhatiannya terhadap sisi kecerdasan intelektualitas para pemain, ia tak mau jika para pemainnya sukses dilapangan bermain bola dengan baik, merebut bola dengan sungguh-sungguh tapi malas-malasan dikelas dan tak sungguh-sungguh didepan buku.
oleh karena itu ia pun menargetkan bahwa IPK bagi para pemain adalah 3.3, selain itu ia pun meminta laporan akademik secara rutin kepada para pengajar tentang perkembangan mereka di kelas. saat ia menemukan bahwa para pemain tidak aktif dikelas dan memiliki standar nilai yang kecil ia pun mengunci lapangan basket dan meminta para pemain tuk belajar di perpustakaan, didampingi para guru.
hari demi hari yang dilalui para pemain dengan belajar di perpus tak sebaik yang dikira oleh carter, keputusannya untuk memberhentikan permainan, latihan dan pertandingan menuai protes dari para orang tua, dan para murid SMU. permainan terhenti, kebanggaan sekolah pudar karena tim basket tidak bermain dalam berbagai pertandingan serta penguncian lapangan basket. protes dimulai dari para orang tua, hingga teror dari para anak-anak SMU, hingga berakhir dengan diadakannya sidang oleh komite sekolah yang menuntut untuk dibukanya penguncian lapangan basket. dalam persidangan tersebut, carter menerangkan bahwa maksud dan tujuannya adalah baik, agar para pemain tidak hanya berhenti sebagai pemain bola basket di SMU saja, tapi basket pun dapat mengantarkan mereka untuk meraih masa depan, dengan cara menyeimbangkan antara sekolah dan olah raga.
persidangan yang alot tu pun tak berakhir indah seperti kemenangan yang selalu didapatkan tim carter, para komite sekolah memutuskan agar lapangan dibuka dari penguncian. dengan langkah lesu menuju lapangan bola basket yang tak terkunci, maka ia pun mengundurkan diri dari kepelatihan tim bola basket ini.
namun ia kaget saat melihat para pemain yang ada ditengah lapangan, sedang duduk meja dan kursi perpustakaan. " mereka bisa saja memaksa kami untuk dibukanya lapangan ini, tapi mereka tak bisa memaksa kami untuk bermain, kami akan melanjutkan target kami disemester ini." itulah ucapan para pemain tim basket yang tetap setia dan percaya bahwa pelatihnya akan memberikan yang terbaik bagi masa depannya.
film ini berakhir dengan kekalahan tim basket carter di pertandingan melawan tim basket no 1 tingkat nasional, namun 6 pemain dari tim basket carter ini berhasil mendapatkan beasiswa dari 6 universitas yang berbeda.
hal ini membuktikan bahwa olah raga bukan saja mengajarkan saja arti bergerak dan menang, tapi mengajarkan banyak hal yang terkandung didalamnya. motivasi, disiplin adalah salah satu dari nilai-nilai yang diajarkan dalam olah raga, karena fisik mental dan otak mesti sejalan jika ingin meraih kesuksesan.
permainan dalam olah raga terkadang menjadi metode efektif dalam belajar di kelas.