Pada
dasarnya dilihat dari fungsi dan tujuannya, dapat dikatakan bahwa tujuan
evaluasi adalah untuk mengetahui tarap kesiapan, untuk mengetahui seberapa jauh
hasil yang telah dicapai dari suatu pekerjaan, untuk mengadakan seleksi, dan
untuk pengelompokan.
Jika
demikian adanya, merupakan suatu hal yang niscaya jika dalam Alquran terdapat
petunjuk yang berkaitan dengan prinsip evaluasi, yang menuntut dikaji dengan
harapan melahirkan rumusan prinsip dasar evaluasi yang berwawasan Qurani.
Berkaitan dengan hal ini paling tidak akan ditemukan empat term yang bisa
disepadankan dengan evaluasi, yaitu sual, ibtala, hisab, dan fitnah.
Dilihat
dari sisi subjeknya, ternyata yang menjadi subjek dalam keempat term tersebut
adalah Allah. Sementara itu, hal yang berhubungan dengan evaluasi dengan subyek
manusia, ia tidak menggunakan keempat term tersebut, tetapi menggunakan istilah
lain yang secara tersirat merujuk kepada evaluasi diri.
A.
Ayat-Ayat Evaluasi Berdasarkan Term Su’al
óOèdqàÿÏ%ur ( Nåk¨XÎ) tbqä9qä«ó¡¨B ÇËÍÈ
Dan tahanlah
mereka (di tempat perhentian) karena Sesungguhnya mereka akan ditanya...
Penjelasan:
Pada dua ayat
sebelumnya Allah menggambarkan kondisi orang-orang kafir dihari pengadilan
nanti. Pada saat itu mereka akan dikumpulkan bersama dengan teman sejaawatnya,
kemudian akan ditunjukkan jalan menuju neraka. Setelah itu Allah akan
mengajukan pertanyaan berkaitan dengan kondisi mereka yang tidak lagi melakukan
tolong-menolong dengan sesama kawannya.
Dari
sini terlihat bahwa relasi antara ayat ini dengan sebelum dan sesudahnya adalah
bahwa walaupun mereka di akhirat kelak berada dalam satu komplek yang
sama-biasanya di kehidupan dunia mereka senantiasa saling menolong antar
sesamanya-maka pada saat itu mereka tidak lagi menghiraukan teman sejawatnya.
Bahkan mereka akan sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dirinya.
Dengan
demikian, evaluasi akhir yang akan diajukan Allah kepada manusia harus dijawab
sendiri, karena memang pada saat itu tidak seseorang mungkin meminta bantuan
kepada orang lain. Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan kehidupan
dunia yang terkadang pada saat-saat yang sangat menentukan ini masih saja
banyak orang yang memberikan bantuan untuk menjawab soal-soal yang diajukan,
sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas nilai yang dihasilkannya pun masih
dipertanyakan.
Berkaitan
dengan hal tersebut, dalam sebuah riwayat disebutkan, “Pada akhir nanti,
setiap manusia tidak akan beranjak kakinya sehingga ditanya dalam empat hal:
tentang umurnya, untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya, dipergunakan
untuk apa, tentang harta, dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia keluarkan
tentang sejauhmana ia mengamalkannya” (Hr. Tirmidzi)
¢OèO £`è=t«ó¡çFs9 >ͳtBöqt Ç`tã ÉOÏè¨Z9$# ÇÑÈ
Kemudian kamu
pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan
di dunia itu).
Penggunaan kata
tsumma menunjukan bahwa prosesi pertanyaan itu akan disampaikan setelah
melalui tahapan-tahapan kehidupan. Dan hal itu akan terjadi di hari hisab,
yang tentu akan menjadi penentu kebahagian dan kesengsaran seseorang.
Lafadz £`è=t«ó¡çFs9 ini diawali dengan huruf lam at-taukid yang menunjukan
bahwa pertanyaan tersebut benar-benar akan diajukan kepada setiap manusia. `tã dalam kalimat ini bukan ‘an menunjukan sebagian, tetapi semakna
dengan min, sehingga artinya adalah semua nikmat yang telah Allah berikan pada
setiap individu.
Penjelasan :
Ayat diatas
merupakan bagian akhir dari surah at-Takatsur (yang berarti bermegah-megahan).
Pada ayat pertama dari surah ini Allah menyebutkan salah satu sebab manusia lupa
akan Tuhan dan kemanusiaanya. Penyebab tersebut adalah semangat
bermegah-megahna, yang ketika berbuat demikian, orang baru akan sadar ketika
kematian hendak menjemputnya. Kemudian pada ayat-ayat selanjutnya, Tuhan
mengingatkan mereka yang bermegah-megahan, itu dengan satu kenyataan bahwa
kematian itu bukan akhir dari kehidupan, tetapi merupakan awal dari kehidupan.
Dan di akhir ayat Allah kembali menegaskan bahwa sikap bermegah-megahan itu
haruslah dipertanggung jawabkan.
Dari
sini terlihat bahwa secara tidak langsung surah at-Takatsur menyuruh setiap
individu untuk mengevaluasi dirinya, apakan dengan hartanya ia sudah melupakan Tuhan
atau denganya ia menjadi lebih bersyukur pada-Nya. Salah satu parameter untuk
mengevaluasi sikap syukur tersebut adalah dengan mengajukan pertnyaan, apakah
dalam pembelanjaan harta yang diterimanya itu telah sesuai dengan peraturan
yang telah ditetapkan Tuhan atu belum. Jika seseorang telah membelanjakan
hartanya sesuai dengan aturan syariat, ia akan selamat ketika kelak diaudit
oleh Allah di hari hisab.
wur ß#ø)s? $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# u|Çt7ø9$#ur y#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷Ytã Zwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
Penjelasan:
Pada bagian
awal dari ayat ini Allah melarang manusia agar tidak mengucapkan sesuatu yang
tidak diketaui olehnya. Dalam hal ini, paling tidak terdapat tiga penafsiran
yang telah disampaikan mufassir, yaitu:
1)
Larangan
menjadi saksi, padahal ia tidak menyaksikannya secara langsung. Penafsiran
semacam ini disampaikan ibnu abbas.
2)
Larangan
mengaku pernah mendengar, pernha mendengar, melihat dan belum memahami. Penafsiran
semacam ini disampaikan qatadah.
3)
Melarang
berkata-kata tanpa pijakan ilmu, atau dengan kata lain melarang berkata-kata
hanya bersandarkan pada prasangka.
Jika
dikaitkan dengan evaluasi diri, dari ketiga penafsiran diatas, terlihat bahwa
ketika seseorang mengaku telah melihat, telah mendengar dan telah memahami
padahal ia belum melihat, belum pernah dengar dan belum memahami, maka secara
langsung ketika terjadi evaluasi akhir, ia tidak akan mampu mempertanggung
jawabkan perkataanya. Dari sini pula kita dapat mencermati bahwa kejujuran
seorang murid akan mempermudah guru dalam mengevaluasi muridnya dan sekaligus
akan memudahkan guru untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dimiliki
muridnya. Sehingga pada akhirnya ketika terjadi evaluasi akhir, si murid
tersebut akan mampu menyelesaikannya dengan baik.
Disamping
itu, ayat tersebut menunjukan pula bahwa dari sekian banyak perangkat yang
dimiliki manusia, pendengaran, penglihatan dan hati merupakan perangkat utama dalam
melakukan evaluasi diri, sehingga pada hari hisab nanti, ketiga perangkat
itulah yang akan dievaluasi Tuhan. Oleh sebab itu, sebelum tiga perangkat itu
dievaluasi, manusa harus segara melakukan evaluasi terhadap ketiganya, apakah
ketiga perangkat tersebut sudah digunakan sesuai dengan tujuan dan fungsi
perangkat tersebut atau belum?
w ã@t«ó¡ç $¬Hxå ã@yèøÿt öNèdur cqè=t«ó¡ç ÇËÌÈ
Dia
tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.
Ayat di atas merupakan penjelasan yang berkaitan dengan pertanyaan
yang akan diajukan Tuhan pada mereka yang telah menyifatkan Allah denga
sifat-sifat yang tidak pantas bagi-Nya. Dengan demikian, pertanyaan tersebut
bukan menuntuk jawaban ya atau tidak, atau menuntut jawaban yang bersifat
deskriptif, tetapi justru pertanyaann tersebut menuntut pertanggungjawaban dari
apa yang telah mereka ucapkan.
Dari ayat-ayat diatas paling tidak dapat ditarik beberapa
kesimpulan berikut:
1.
Allah akan mengevaluasi manusia di hari kiamat nanti berkaitan
dengan segala kenimatan yang dia berikan kepada manusia. Evaluasi ini merupakan
evaluasi akhir yang akan menjadi penentu kebahagiaan dan kesengsaraan abadi.
2.
Evaluasi yang dilaksanakan bersifat menyeluruh, mencakup segala
perbuatan, perkataan dan hati.
3.
Tujuan evaluasi tersebut adalah untuk mengetahui seberapa jauh
manusia dapat mensyukuri nikmat-nikmat yang diberikan-Nya, sehingga akan
diketahui mana yang layak masuk neraka. Namun demikian hal itu tidak menunjukan
ketidaktahuan Allah terhadap semua apa yang telah diperbuat manusia. Hal itu
dilakukan dengan alasan agar manusia tidak merasa didzalimi oleh keputusan Tuhan,
sehingga dilaksanakanlah ujian akhir yang sangat menentukan itu. Kalau kita
tarik dalam kontek evaluasi akhir dalam proses pendidikan, bisa jadi seorang
guru sudah tahu betul kualitas seorang muridnya, tetapi agar si murid tidak
merasa didzalimi, ujian akhir harus tetap dilaksanakan.
4.
Pada evaluasi akhir itu, Tuhan memberikan satu dispensasi kepada
orang-orang tertentu dengan lulus tanpa mengikuti seleksi terlebih dahulu.
Salah satu kelompok yang lulus tanpa mengikuti seleksi terlebih dahulu. Salah
satu kelompok yang termasuk yang termasuk kategori ini adalah mereka yang mati
dalam membela agama Allah (mati syahid), mereka langsung masuk sorga tanpa
melalui jalur hisab (perhitungan).
5.
Karena hisab merupakan ujian akhir, konsekuensi logisnya dalam
prosesi tersebut tidak dikenal istilah remedial. Oleh sebab itu, bagi mereka
yang mendapatkan nilai jelek dan layak masuk neraka, walaupun mereka memohon
dengan berbagai bujuk rayu, Tuhan tetap tidak akan memberikan remedial. Kalau
kenyataan ini kita kaitkan dengan evaluasi pendidikan, maka dalam evaluasi
akhir itu seharusnya tidak diknal istilah remedial, karena ia merupakan batas
akhir untuk menilai kemampuan seseorang. Remedial hanya bisa dilaksanakan
sebelum prosesi evaluasi akhir.
6.
Ayat-ayat yang menggunakan redaksi sualun jika dilihat dari objek
evaluasi ternyata mengarah kepada evaluasi yang akan dilakukan terhadap
orang-orang yang tidak beriman. Oleh sebab itu, kemunculan redaksi sualun lebih
bertujuan menyadarkan orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan dengan
penegasan bahwa hari penghisaban itu betul-betul akan terjadi.
B.
Ayat-Ayat Evaluasi Berdasakan Term
Ibtala Dan Fitnah
* câqn=ö7çFs9 þÎû öNà6Ï9ºuqøBr& öNà6Å¡àÿRr&ur ÆãèyJó¡tFs9ur z`ÏB z`Ï%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# `ÏB öNà6Î=ö6s% z`ÏBur úïÏ%©!$# (#þqä.uõ°r& ]r& #ZÏWx. 4 bÎ)ur (#rçÉ9óÁs? (#qà)Gs?ur ¨bÎ*sù Ï9ºs ô`ÏB ÏQ÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÑÏÈ
Kamu
sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu
sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu
dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan
hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu
Termasuk urusan yang patut diutamakan.
Lapadz
câqn=ö7çFs9, semakna dengan imtahanah yang
mengandung arti mengujinya.
Penjelasan:
Sebagaimana
dikemukakan Al-Maraghi, tujuan dari ayat diatas adalah agar umat islam mau
membentengi dirinya dengan kesabaran, yang diekspresikan dengan tidak banyak
mengeluh. Sehingga, ketika suatu musibah menimpa dirinya, seperti musibah
perang uhud yang dijelaskan pada ayat-ayat sebelumnya, hal itu tidak akan
dirasa berat. Adapun bentuk cobaan berkaitan dengan harta itu adalah kewajiban
mengeluarkan harta benda untuk jalan kebaikan yang akan menjadi salah satu
faktor terangkatnya derajat umat islam. Sementara cobaan jiwa ialah dengan
kewajiban berjihad di jalan Allah. Disamping itu, Allah menjelaskan bahwa
terdapat ujian lain dalam bentuk tuduhan-tuduhan yang akan senantiasa
dilontarkan orang kafir. Kemudian pada bagian akhir ayat, alla menegaskan bahwa
ujian yang terlihat begitu sulit hanya akan bisa dilalui dengan sikap sabar dan
takwa.
*
ÏÎ)ur
#n?tFö/$#
zO¿Ïdºtö/Î)
¼çm/u
;M»uKÎ=s3Î/
£`ßg£Js?r'sù
(
tA$s%
ÎoTÎ)
y7è=Ïæ%y`
Ĩ$¨Y=Ï9
$YB$tBÎ)
(
tA$s%
`ÏBur
ÓÉLÍhè
(
tA$s%
w
ãA$uZt
Ïôgtã
tûüÏJÎ=»©à9$#
ÇÊËÍÈ
Dan (ingatlah),
ketika Ibrahim diuji
Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim
menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam
bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari
keturunanku". Allah
berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".
Dalam
menafsirkan ujian yang dimaksud, para mufassir berbeda pendapat ada yang
mengatakan bahwa ujian tersebut diantaranya membangun ka’bah, membersihkan
ka’bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya, menghadapi Raja Namrud.
Sementara
menurut Abu Zakaria, yang dimaksud ujian di situ adalah berupa anjuran
melaksanakan sepuluh perbuatan sunnah, yang kesemuanya dilaksanakan secara
sempurna, sehingga ia dijadikan sebagai imam bagi seluruh manusia. Kesepuluh
hal tersebut adalah:
a.
Berkumur-kumur
b.
Memotong
jenggot
c.
Bersiwak
d.
Merapikan
rambut
e.
Memasukan
air ke dalam hidung
f.
Memotong
kuku
g.
Berkhitan
h.
Mencabut
bulu ketiak
i.
Mencukur
bulu kemaluan
Dari
redaksi ayat tersebut terlihat bahwa salah satu syarat seseorang menjadi imam
manusia adalah keberhasilannya dalam menempuh ujian Tuhan, sebagaimana halnya
ibrahim yang baru diangkat menjadi imam manusia ketika ia telah mampu
menyelesaikan seluruh ujian Tuhan.
öNä3¯Ruqè=ö7uZs9ur
4Ó®Lym
zOn=֏tR
tûïÏÎg»yfßJø9$#
óOä3ZÏB
tûïÎÉ9»¢Á9$#ur
(#uqè=ö7tRur
ö/ä.u$t6÷zr&
ÇÌÊÈ
Dan Sesungguhnya
Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang
berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya)
hal ihwalmu.
Menurut
Wahbah Zuhaili, ujian yang dimaksud berupa perintah dan larangan, diantaranya
berjihad dijalan Allah sehingga Dia akan mengetahui dengan benar apa ia taa
menjalankan perintah Allah atau justru maksiat
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ayat di atas merupakan penjelasan yang berkaitan
dengan tujuan evaluasi. Dalam hal ini, salah satu tujuan yang hendak dicapai
dari evaluasi itu adalah untuk mengetahui dan membedakan orang yang mempunyai
semangat jihad dan bersabar, dengan mereka yang bersikap tergesa-gesa yang dengannya
ia menjadi terjebak dengan kehidupan duniawi. Dengan terlihatnya dua kelompok
ini, maka akan diketahui pula kebaikan dan keburukannya.
@ä.
<§øÿtR
èps)ͬ!#s
ÏNöqyJø9$#
3
Nä.qè=ö7tRur
Îh¤³9$$Î/
Îösø:$#ur
ZpuZ÷FÏù
(
$uZøs9Î)ur
tbqãèy_öè?
ÇÌÎÈ
Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada kamilah kamu
dikembalikan.
Ayat
diatas diawali yang menunjukan sunnatullah yang akan mengenai setiap manusia
akan mengalami kematian yang dianggap sebagai ujian terberat bagi manusia.
Disamping itu, Allah akan menguji manusia dengan kebaikan dan kepahitan. Hal
ini menunjukan bahwa ujian atau evaluasi dari Tuhan tidak saja dengan hal-hal
yang terasa pahit, tetapi juga dengan kesenangan hidup.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa variasi evaluasi yang
dilakukan Tuhan terhadap manusia. Secara tidak langsung, kenyataan ini menuntut
seorang pendidik agar dalam melakukan evaluasi tidak terpaku hanya pada satu
cara, yang nantinya akan sulit menentukan kualitas murid-muridnya.
Sementara itu,
pada bagian akhir ayat dijelaskan bahwa setiap manusia itu akan kembali kepada Tuhannya.
Pernyataan ini menunjukan bahwa seberat apapun ujian yang diberikan Tuhan
padanya, naun jika semua itu dihadapi dengan kesabaran, seraya menggantungkan
harapan kepada Allah, maka ia akan berhasil menghadapinya dan ketika ia kembali
kepada Tuhannya, ia pun akan mudah dalam
menjawab evaluasi akhir yang akan diajukan padanya.
Ï%©!$#
t,n=y{
|NöqyJø9$#
no4quptø:$#ur
öNä.uqè=ö7uÏ9
ö/ä3r&
ß`|¡ômr&
WxuKtã
4
uqèdur
âÍyèø9$#
âqàÿtóø9$#
ÇËÈ
yang menjadikan
mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
Penjelasan :
Bahwa pada bagian
awal ayat ini Allah menjelaskan bahwa kematian dan kehidupan itu bukan
ditentukan manusia, tetapi dialah yang telah menetapkanny. Dalam hal ini,
terkadang manusia lupa sehingga menganggap kehidupan sebagai hal positif dan
kematian sebagai hal negatif. Padahal keduanya itu tidak bisa dikatakan negatif
atau positif karena yang menjadikannya adalah manusia. Oleh sebab itu pada
redaksi selanjutnya Allah menjelaskan bahwa kematian dan kehidupan itu hanyalah
ujian untuk mengetahui orang yang paling ihlas dalam beribadah kepada-Nya. Dari
sini terlihat bahwa tujaun evaluasi itu adalah untuk mengetahui siapa yang
lebih taat dan lebih baik amal perbuatannya.
Nä3¯Ruqè=ö7oYs9ur
&äóÓy´Î/
z`ÏiB
Å$öqsø:$#
Æíqàfø9$#ur
<Èø)tRur
z`ÏiB
ÉAºuqøBF{$#
ħàÿRF{$#ur
ÏNºtyJ¨W9$#ur
3
ÌÏe±o0ur
úïÎÉ9»¢Á9$#
ÇÊÎÎÈ tûïÏ%©!$#
!#sÎ)
Nßg÷Fu;»|¹r&
×pt7ÅÁB
(#þqä9$s%
$¯RÎ)
¬!
!$¯RÎ)ur
Ïmøs9Î)
tbqãèÅ_ºu
ÇÊÎÏÈ
Dan sungguh akan
Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
Ayat
diatas bersentuhan dengan unsur-unsur pembentuk manusia, yakni sisi-sisi batin.
Dalam hal ini, batin sering merasa takut, kelaparan takut kekurangan harta,
takut mati, atau yang lainnya. Dilihat dari persperktif munasabah, pada ayat
sebelumnya 153-154 Allah menjelaskan tentang pentingnya sabar dan shalat
sebagai penolong. Oleh sebab itu, agar manusa dapar mampu dan berhasil melewati
ujian semacam itu, ia harus memperkokoh dirinya dengan shalat dan kesabaran.
!$uZø9tRr&ur
y7øs9Î)
|=»tGÅ3ø9$#
Èd,ysø9$$Î/
$]%Ïd|ÁãB
$yJÏj9
ú÷üt/
Ïm÷yt
z`ÏB
É=»tGÅ6ø9$#
$·YÏJøygãBur
Ïmøn=tã
(
Nà6÷n$$sù
OßgoY÷t/
!$yJÎ/
tAtRr&
ª!$#
(
wur
ôìÎ6®Ks?
öNèduä!#uq÷dr&
$£Jtã
x8uä!%y`
z`ÏB
Èd,ysø9$#
4
9e@ä3Ï9
$oYù=yèy_
öNä3ZÏB
Zptã÷Ű
%[`$yg÷YÏBur
4
öqs9ur
uä!$x©
ª!$#
öNà6n=yèyfs9
Zp¨Bé&
ZoyÏnºur
`Å3»s9ur
öNä.uqè=ö7uÏj9
Îû
!$tB
öNä38s?#uä
(
(#qà)Î7tFó$$sù
ÏNºuöyø9$#
4
n<Î)
«!$#
öNà6ãèÅ_ötB
$YèÏJy_
Nä3ã¥Îm6t^ãsù
$yJÎ/
óOçGYä.
ÏmÏù
tbqàÿÎ=tFørB
ÇÍÑÈ
Dan Kami telah
turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian
terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat
diantara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu.
Penjelasan:
Pada bagian awal
dari ayat ini Allah menjelaskan tujuan kehadiran al-quran, yakni untuk
membenarkan apa yang ada dalam kitab-kitab terdahulu. Dalam hal ini, kata
membenarkan mengandung arti bahwa di satu sisi, karena kitab terdahulu itu
bersumber dari Allah, maka didalamnya masih banyak hal-hal yang sesuai, namun
tidak menutup kemungkinan juga terdapat penyimpangan-penyimpangan yang telah
ditentukan manusia tehadapnya, sehingga ia memerlukan kitab yang meluruskannya.
Kedua, penurunan Alquran itu bertujuan sebagai penyempurna ajaran kitab terdahulu.
Dalam hal ini, syariat yang Allah turunkan pada umat terdahulu dianggap masih
kurang, karena memang ia bersifat lokal, sehingga kalau Tuhan tidak akan
mengutus lagi rasul, konsekuensi loginya Dia harus menurunkan sebuah kita yang
akan menjadi petunjuk sempurna bagi seluruh umat manusia.
Disamping
itu, Allah memerintah mereka untuk menghukumi apa yang mereka perselisihkan itu
dengan substansi ajaran dari semua kitab suci yang pernah diturunkan-Nya dan
dia melarang manusia mengikuti keegoisannya.
Pernyataan
“walau sya Allahu laja’alakum ummatan wahidah” merupakan penjelasan
sebab-sebab berbeda-bedanya syariat. Dalam hal ini, dala kalimat tersebut Allah
meletakkan illat usy-syarti pada tempat syarat untuk menjelaskan
kehadiran makna balasan, yakni kalimat “walakil-liyabluwakum” yang
bermakna untuk menguji kamu sekalian dari nikmat-nikmat yang kamu telah berikan
kepada kamu sekalian.
Sementara
menurut Al-Maraghi, pernyataan tersebut mengandung arti bahwa jika Allah
menghendaki menciptakan umat manusia dengan watak yang sama, ahlak yang sama
dan taraf kehidupan yang sama, sehingga manusia yang berada di seluruh muka
bumi sejak adanya gingga akhir zaman akan bisa diatur sama halnya dengan
jenis-jenis mahluk lain yang wataknya tetap berada pada satu tahap tertentu.
Akan tetapi, karena Tuhan telah memuliakan manusia, tentu ia tidak akan
memosisikannya seperti mahluk lain, yang konsekuensi logisnya tidaklah tepat
kiranya jika hanya terdapat satu syarat saja yang berlaku untuk semua tempat
dan zaman.
Berkaitan
dengan hal tersebut, Al-Maraghi menganalogikan periodisasi manusia itu dengan
perkembangan manusia, yakni masyarakat yang tumbuh berkembang pada awal-awal
kehidupan manusia disamakan dengan periode anak-anak, sehingga
syariat-syariatnya lebih berkaitan dengan hal-hal yang bersifat material.
Kemudian pada periode kedua yang disejajarkan dengan masa akil baligh, maka
syariat itu banyak berkaitan dengan perasaan dan naluri kejiwaan. Dan ketika
manusia telah mencapai puncak kedewasaanya, maka Allah mengakhiri syariat-nya
dengan agam islam.
Pada
bagian akhir ayat, Allah menyeru sekalian manusia untuk berlomba-lomba pada
kebaikan dengan menggunakan kata al-khairat, sehingga mengimplikasikan
makna bahwa kebaikaan bukan dalam ukuran manusia, tetapi apa yang dianjurkan
oleh Allah walaupun secara dzahir tampak tidak baik. Dari pengertian ini dapat
dicermati bahwa orang-orang yahudi yang telah terjangkiti penyakit baghyu
pada Muhammad akan melihat bahwa diutusnya Muhammad bukanlah merupakan
kebaikan, yang oleh karenanya Allah menyeru mereka agar berlomba mengikuti yang
khair dengan mengakui kerasulan Muhammad dan menjalankan amal ibadah
berdasarkan apa yang dicontohkannya sekaligus meninggalkan dorongan hawa
nafsunya.
Dari
penggunaan lafadz ibtala terlihat beberapa pokok permasalahan,
diantaranya:
a.
Allah
akan mengevaluasi manusia dalam bentuk proses
b.
Evaluasi
yang dimaksud dapat berupa ujian psikis atau fisik
c.
Evaluasi
bertujuan untuk memberi motivasi bagi manusia agar senantias berbuat kebajikan.
d.
Evaluasi
memberikan gambaran tentang kedewasaan seseorang.
e.
Evaluasi
seharusnya dilakukan terlebih dahulu oleh diri sendiri.
f.
Evaluasi
yang diberikan Allah itu tidak dikhususkan kepada kelompok tertentu, tetapi
diarahkan pada setiap manusia.
g.
Evaluasi
tersebut terjadi di kehidupan dunia yang salah satu tujuannya untuk
mengelompokkan manusia. Sebab, dengan adanya ibtala dan fitnah dari persepektif
keyakinan akan terlihat adanya beberapa kelompok manusia.
C.
Ayat-Ayat Evaluasi Berdasarkan Term Hisab
Dari
sekian banyak kata-kata hisab dalam Alquran, terdapat beberapa ayat yang
berkaitan dengan evaluasi Tuhan yaitu:
y7Í´¯»s9'ré&
óOßgs9
Ò=ÅÁtR
$£JÏiB
(#qç7|¡x.
4
ª!$#ur
ßìÎ|
É>$|¡Ïtø:$#
ÇËÉËÈ
mereka Itulah
orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah
sangat cepat perhitungan-Nya.
Ayat
diatas merupakan bagian akhir dari pembicaraan orang-orang yang melaksanakan
haji dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan. Oleh
sebab itu, kata ulaika, dirujukan kepada mereka yang akan mendapatkan
ganjaran dari pekerjaannya, termasuk pekerjaan haji yang sesuai dengan
peraturan Tuhan. Kemudian diakhir ayat disebutkan bahwa hisab Allah sangat
cepat.
¨bÎ)
úïÏe$!$#
yYÏã
«!$#
ÞO»n=óM}$#
3
$tBur
y#n=tF÷z$#
úïÏ%©!$#
(#qè?ré&
|=»tGÅ3ø9$#
wÎ)
.`ÏB
Ï÷èt/
$tB
ãNèduä!%y`
ÞOù=Ïèø9$#
$Jøót/
óOßgoY÷t/
3
`tBur
öàÿõ3t
ÏM»t$t«Î/
«!$#
cÎ*sù
©!$#
ßìÎ|
É>$|¡Ïtø:$#
ÇÊÒÈ
Sesungguhnya agama
(yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada)
di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka
Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
Pada bagian awal
ayat diatas, Allah menegaskan bahwa agama yang diridhainya pasca diutusnya Muhammad
hanyalah islam. Lebih lanjut Allah menjelaskan bahwa perselisihan yang terjadi
dalam komunita ahli kitab itu ternyata setelah datang penjelasan. Hal ini
menunjukan bahwa penjelasan yang datang itu dianggap tidak sesuai dengan apa
yang diharapkannya, sehingga dalam hatinya muncul rasa dengki yang pada
akhirnya menjadikannya menolak pada yang dibawa Muhammad.
¨bÎ)ur
ô`ÏB
È@÷dr&
É=»tGÅ6ø9$#
`yJs9
ß`ÏB÷sã
«!$$Î/
!$tBur
tAÌRé&
öNä3ös9Î)
!$tBur
tAÌRé&
öNÍkös9Î)
tûüÏèϱ»yz
¬!
w
tbrçtIô±o
ÏM»t$t«Î/
«!$#
$YYyJrO
¸xÎ=s%
3
Í´¯»s9'ré&
öNßgs9
öNèdãô_r&
yYÏã
óOÎgÎn/u
3
cÎ)
©!$#
ßìÎ|
É>$|¡Åsø9$#
ÇÊÒÒÈ
Dan Sesungguhnya
diantara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang
diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah
hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang
sedikit. mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah Amat
cepat perhitungan-Nya.
Penjelasan:
Pada ayat di atas Allah
menjelaskan bahwa di antara komunitas ahli kitab itu terdapat ahli kitab itu
terdapat orang yang beriman kepada Alquran seraya tunduk kepada Allah. Sehingga
mereka tidak memperjual belikan ayat Allah dengan harga murah. Kemudian ia
menunjukan bahwa setiap manusia, termasuk didalamnya mereka yang telah menganut
suatu keyakinan tertentu, ia masih memiliki potensi untuk berubah, yang oleh
karenanya ia masih mungkin menerima kebenaran Alquran. Kenyataan tersebut jika
dikaitkan dengan pendidikan, maka sekeras apapun sikap anak didik, ia memiliki
potensi untuk berubah, sehingga pendidikan merupakan satu hal yang niscaya
untuk dilakukan secara kontinyu.
D.
Evaluasi oleh Manusia
Disamping
ayat-ayat yang menggunakan istilah-istilah diatas, terdapat pula ayat-ayat yang
secara tersirat menunjukan evaluasi, termasuk didalamnya evaluasi yang
dilakukan manusia, antara lain:
ó=ydø$#
4n<Î)
tböqtãöÏù
¼çm¯RÎ)
4ÓxösÛ
ÇËÍÈ tA$s%
Éb>u
÷yuõ°$#
Í<
Íô|¹
ÇËÎÈ ÷Åc£our
þÍ<
ÌøBr&
ÇËÏÈ ö@è=ôm$#ur
Zoyø)ãã
`ÏiB
ÎT$|¡Ïj9
ÇËÐÈ (#qßgs)øÿt
Í<öqs%
ÇËÑÈ @yèô_$#ur
Ík<
#\Îur
ô`ÏiB
Í?÷dr&
ÇËÒÈ tbrã»yd
ÓÅr&
ÇÌÉÈ ÷ßô©$#
ÿ¾ÏmÎ/
Íør&
ÇÌÊÈ çmø.Îõ°r&ur
þÎû
ÌøBr&
ÇÌËÈ ös1
y7ysÎm7|¡èS
#ZÏVx.
ÇÌÌÈ x8tä.õtRur
#·ÏWx.
ÇÌÍÈ y7¨RÎ)
|MZä.
$uZÎ/
#ZÅÁt/
ÇÌÎÈ
Pergilah kepada
Fir'aun; Sesungguhnya ia telah melampaui batas". Berkata Musa: "Ya
Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku[915], Dan mudahkanlah untukku urusanku, Dan
lepaskanlah kekakuan dari Lidahku. supaya mereka mengerti perkataanku, Dan Jadikanlah
untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku, Teguhkanlah
dengan Dia kekuatanku, Dan jadikankanlah Dia sekutu dalam urusanku, Supaya Kami
banyak bertasbih kepada Engkau, Dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya
Engkau adalah Maha melihat (keadaan) kami".
Penjelasan:
Pada saat musa
pergi dari mesi karena takut terhadap hukuman yang akan ditimpakan Fir’aun,
hingga ia akhirnya bertemu dengan anak Syuaib dan tinggal bersamanya selama
sepuluh thun, sehingga dalam hatinya kembali muncul dan rasa rindu kembali ke
mesir. Setelah memikirkannya secara matang, akhirnya ia memutuskan untuk
kembali dengan membawa istrinya. Di tengah perjalanan pada saat mencari api,
disitulah musa diangkat menjadi rasul dan disuruh pergi kepada Fir’aun guna
mengingatkan kezalimannya. Nah, pada saat mendapat perintah itu dia tidak
segera menyanggupinya. Ia terlebih dahulu mengevaluasi kejadian-kejadian yang
pernah dilaluinya. Setelah itu barulah musa menyatakan beberapa pernyataan yang
termaktub pada ayat 24-35 yang intinya:
a.
Musa
memohon agar Allah melapangkan dadanya. Hal ini dapat dimengerti bahwa musa
adalah sebagai manusia.
b.
Musa
meminta agar menjadikan Harun sebagai wazir, hal ini berdasar evaluasi Musa
bahwa perjuangan melawan tiran tidak hanya cukup dengan presure. Tapi
perlu juga dengan diplomasi. Karakter diplomat ini tidak dimilikinya, ia
dimiliki saudaranya, Harun. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa menurut hasil
evaluasi Musa, perjuangan membebaskan kaum bani Israil itu hanya akan berhasil
ketika terdapat dua unsur yang saling menopang secara sinergis, yakni unsur
represif dan unsur diplomatis.
c.
Menurut
pengamatan Musa, dengan bersatu padunya antara dua kekuatan, maka akan lebih
efektif untuk mensucikan Allah dan mengingat-Nya.
Dari
pemaparan di atas terlihat bahwa sebelum melakukan perjuangan membebaskan Bani
Israil, terlebih dahulu ia melakukan evaluasi.
Ia tidak serta merta merespon perintah Tuhan untuk mengingatkan Fir’aun,
terlebih dahulu melakukan swat analisis. Ia mencoba melihat kekuatan dan
kekurangan pada dirinya sehingga ia mampu melihat peluang dan tantangan yang
dihadapinya. Dengan begitu ia mampu meminimalisir tantangan dan membuka peluang
selebar-lebarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa evaluasi itu dilakukan
pertama kali diawal kegiatan. Jika hal ini dikaitkan dengan pendidikan, maka
akan memberi kesan bahwa harus ada evaluasi awal, yang hasilnya dapat dijadikan
sebagai pijakan untuk menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh, sehingga
diharapkan dapat mempermudah proses kegiatan belajar mengajar.
ôs)s9
ãNà2u|ÇtR
ª!$#
Îû
z`ÏÛ#uqtB
;ouÏW2
tPöqtur
Aû÷üuZãm
øÎ)
öNà6÷Gt6yfôãr&
öNà6è?uøYx.
öNn=sù
Ç`øóè?
öNà6Ztã
$\«øx©
ôMs%$|Êur
ãNà6øn=tæ
ÙßöF{$#
$yJÎ/
ôMt6ãmu
§NèO
NçGø©9ur
úïÌÎ/ôB
ÇËÎÈ
Sesungguhnya Allah
telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan
(ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.
Sebagaimana yang
diriwayatkan Baihaqi, bahwa ketika terjadi perang Hunain, salah seorang du
antara kaum muslimin berkata “pada hari ini kita tidak akan dikalahkan
karena jumlah pasukan yang sedikit”. Dan pada hari itu, balatentara kaum
muslimin berjumlah 12000 personil. Sebagai respon terhadap pernyataan tersebut,
maka Allah menurunkan ayat ini. Secara tersirat, ayat di atas
merupakan peringatan Allah kepada kaum muslimin agar mengevaluasi terhadap
jumlah komunitasnya. Sebab, jika jumlah yang besar tanpa dievaluasi terlebih
dahulu, malah akan menjadikan orang berbangga dengan jumlah tanpa memperhatikan
kualitas. Kenyataan ini bisa dicermati dari latar historis turunnya ayat ini.
menurut catatan sejarah, ayat ini turun setelah peristiwa futuh mekah yang pada
saat itu masyarakat Makkah berbondong-bondong menyatakan masuk islam. Kemudia
setelah itu berangkatlah pasukan kaum muslimin menuju hunnain. Pasukan yang
pada awalnya sedikititu semakin bertambah banyak, lebih dari dua kali lipat
jumlah pasukan sebelumnya. Padahal jumlah tersebut terlebih dahulu tidak
dievaluasi; apakah mereka benar-benar ingin berjihad di jalan Allah atau ada
unsur-unsur lainnya. Akibatnya, walaupun jumlah pasukan kaum muslimin banyak,
ternyata pada awal pertempuran mereka mengalami kekalahan.
Jika gambaran diatas ditarik pada
masalah pendidikan, maka dapat memberi kesan bahwa jumlah siswa yang banyak
belum tentu mencerminkan kualitas sekolah itu. Sebab, kualitas sekolah itu
dapat dikatakan baik, salah satu faktor yang menentukannya adalah sistem
evaluasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kuantitas semakin banyak,
kemungkinan besar sangat sulit lagi utnuk mengukur/ mengevaluasi kualitas yang
dimilikinya.
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qà)®?$#
©!$#
öÝàZtFø9ur
Ó§øÿtR
$¨B
ôMtB£s%
7tóÏ9
(
(#qà)¨?$#ur
©!$#
4
¨bÎ)
©!$#
7Î7yz
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
ÇÊÑÈ
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat
atas diawali dengan seruan terhadap umat beriman, sehingga dapat dikatakan
bahwa ayat tersebut merupakan peringatan terhadap komunitas kaum beriman pada
satu karakter yang harus dimilikinya. Biasanya, ketika satu ayat diawali dengan
seruan terhadap orang beriman, maka akan terdapat beberapa perintah atau
larangan, dalam kontek ayat ini, perintah yang pertama dikemukakan adalah
perintah untuk bertakwa kepada Allah. Bahkan perintah takwa ini dalam ayat
tersebut sampai diulangi. Dalam hal ini, bertakwa kepada Allah pada redaksi
pertama dikaitkan dengan suatu sikap yang harus dimiliki manusia beriman agar
senantiasa melakukan evaluasi terhadap perbuatannya yang telah lalu, yang akan
menjadi dasar dalam melakukan perbuatan selanjutnya. Sementara perintah taqwa
yang kedua dikaitkan dengan satu kenyataan bahwa Allah senantiasa Maha
Mengetahui apa yang dikerjakan manusia.
Berkaitan dengan evaluasi terhadap
apa yang dikerjakan terdapat beberaoa waktu evaluasi: pertama, evaluasi harian
yang bisa dilakukan pada selesai shalat atau lainnya.
Kedua,
evaluasi mingguan. Evaluasi ini dilaksanakan pada setiap jumat. Ketiga,
evaluasi tahunan. Evaluasi ini dilakukan pada bulan ramadhan.
Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al
Quran.