Pendidikan
dengan segala bentuknya merupakan kebutuhan setiap mahluk bernama manusia, dan
manusia akan selalu mencari model-model atau bentuk serta sistem pendidikan
yang dapat mempersiapkan pesera didik
untuk menyongsong masa depannya karena peserta didik adalah generasi yang akan
menggantikan posisi orang dewasa. Namun sesuai dengan zamannya pendidikan zaman
dahulu kala sering kurang disadari pelaksanaannya sehingga terkesan kurang
sistematis dan tidak terencana, yang oleh karenanya nampak seolah-olah
pendidikan itu hanyalah merupakan proses alami yang terjadi dengan sendirinya.
Sementara
itu sifat dari suatu pendidikan dan perbedannya dengan sistem lain baru dapat
dipahami dengan seksama dimana harus dipahami adakah perbedaan konsep tentang
manusia menurut islam dan menurut agama lain, serta sejauh mana dia tercermin
dalam yang dinamakan Alquran dan hadis nabi. Hal pertama yang perlu diingat
adalah bahwa islam tidak membenarkan adanya dosa warisan atau dosa asal karena
islam mengajarkan bahwa manusia itu lahir dalam kondisi fitri yang terbebas
dari segala macam salah dan dosa, sehingga ketika kemudian ia terlibat dalam
tindakan kejahatan di kemudian hari maka seseungguhnya hal itu semata-mata disebabkan
oleh kegagalannya melawan godaan setan.
Berbeda
dengan ciptaan Allah yang lainnya manusia merupakan mahluk yang paling sempurna
di antara mahluk-mahluk lainnya, dan apa yang secara mendasar memberdakannya
adalah terletak pada akalnya.
Namun
disisi lain, sekalipun manusia dianggap istimewa sehingga dapat mengemban
amanat sebagai khalifah dibumi, ia pun adalah mahluk yang lemah, yang suka
membantah dan ingkar kepada Allah, mudah lupa dan banyak melakukan kesalahan
namun mempunyai batas untuk sadar kembali. Bertolak dari pandangan tersebut,
ditemukan hal-hal yang prinsipil, bahwa untuk memperbaiki kesalahannya, perlu
adanya perbaikan oleh dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu sangat
diperlukan untuk mengukur dan menjaga posisi serta terbaik itu tetap bisa
dipertahankan sampai akhir hayat.
Evaluasi
yang dilakukan Allah terhadap umat manusia mengandung pengertian bahwa manusia
senantiasa dalam pengawasan Allah yang apabila hal ini disadari oleh manusia
berarti ia akan hati-hati dalam bertingkah laku.
Alquran
sebagai sumber pendidikan islam, banyak mengungkap konsep evaluasi di dalam
ayat-ayatnya sebagai acuan bagi manusia untuk hati-hati dalam melakukan
sesuatu. Selain itu pula terdapat hadis-hadis menyinggung pembahasan evaluasi,
seperti salah satunya yang disabdakan oleh Rasulullah Saw.
قال
النبي: إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله تعالى إذا احب قوما ابتلاهم فمن رضي
فله الرضا ومن سخط فله السخط. (الترميذي)
Nabi bersabda:
“Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung pada besarnya ujian. Dan
sesungguhnya apabila Allah ta’ala mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji
mereka, barangsiapa yang ridha maka Allah akan meridhainya, dan barangsiapa
yang murka, maka Allah akan memurkainya.
(H.R Atturmuddzy)
0 komentar:
Posting Komentar